Jumat, 28 September 2012

Padang Panjang

Kota Padang Pan­jang adalah salah satu Daerah Tingkat II di Provinsi Suma­tra Barat, Indone­sia. Kota ini memi­liki luas wilayah 23 km² dan pop­u­lasi 45.000 jiwa.
Sekolah Tinggi Seni Indonesia (STSI) Padang Panjang
Insti­tut Seni Indone­sia (ISI) Padang Panjang
Di kota ini berdiri seko­lah agama Islam terke­nal Suma­tra Thawalib. Selain itu di sini ter­da­pat pula Insti­tut Seni Indone­sia (ISI) Padang Pan­jang, Per­gu­ruan Diniyah Putri dan Pusat Doku­men­tasi dan Infor­masi Kebu­dayaan Minangk­abau (PDKIM).
Den­gan ket­ing­gian lebih dari 700m dpl, kota ini berhawa sejuk. Di bagian Utara dan agak ke Barat berje­jer 3 gunung, Marapi, Singgalang, dan Tandikek. daerah ini peng­hasil sayur mayur, setra beras.
Salah satu tem­pat wisata yang banyak dikun­jungi adalah “Aia Man­cua”, yang ter­letak dip­ing­gir jalan dari arah Padang. Nama ini agak unik, karena secara umum “air man­cur” meman­car dari bawah ke atas, sedan­gkan di sini, sebe­narnya berupa air terjun.
Aie Mancua Lembah Anai
Aie Man­cua Lem­bah Anai
Selain itu lebih kurang 15 kilo­me­ter ke arah Timur Kota Padang Pan­jang ter­da­pat Danau Singkarak ada spe­sies yang uniknya hanya ter­da­pat di danau Singkarak yaitu ikan bilih. Danau Singkarak juga dike­nal seba­gai tem­pat yang cukup men­jan­jikan seba­gai daerah wisata memanc­ing. Hal ini dibuk­tikan den­gan ramainya kawasan di sep­utaran Danau Singkarak den­gan para pemanc­ing yang berasal dari kota sek­i­tar Danau Singkarak maupun dari luar Propinsi Sumat­era Barat. Sentra-sentra daerah pemancin­gan yang umum dijadikan lokasi pemancin­gan diantaranya Ngalau, Sumpur Sudut, Pasar Malalo, Ombilin, Baiang, Intake PLTASingkarak atau yang lebih dike­nal den­gan nama Terowon­gan dan banyak lokasi lain­nya. Diantara jenis ikan-ikan yang umum dipanc­ing yaitu asang, piyek, bal­ingka, baung, dan ikan yang men­jadi leg­enda Sasau, yang konon dapat men­ca­pai uku­ran berat hingga 8 Kg.
Padang Pan­jang dulunya dike­nal seba­gai Pasar Sen­tral oleh masyarakat dari daerah-daerah satelit di sek­i­tar Kota Padang Pan­jang seperti Batipuh, Panyala­ian, Koto Baru, Kayu Tanam, Sicincin, dan banyak daerah lainnya.
Lokomotif tua di Stasiun Padang panjang
Loko­mo­tif tua di Sta­siun Padang panjang
Padang Pan­jang memi­liki rel kereta api “bergigi”, ditengah-tengah, untuk mem­bantu loko­mo­tif (jaman dahulu loko­mo­tif uap) ditanjakan.
Seba­gai salah satu kota di Provinsi Sum­bar, Padang Pan­jang ter­ma­suk biasa-biasa saja, tak ada keung­gu­lan yang ter­go­long kom­peti­tif. Sadar tidak memi­liki keung­gu­lan yang cukup ber­saing diband­ingkan daerah lain­nya men­dorong Padang Pan­jang memu­tar otak untuk men­gangkat nama wilayahnya.
Salah satu cara yang ditem­puh yaitu den­gan mengem­ba­likan ciri khas­nya seba­gai kota bernu­ansa Islami. Alasan­nya konon sejak awal abad 20 daerah ini telah men­jadi tem­pat bela­jar dan men­dalami ajaran agama Islam. Pro­porsi pen­duduk Padang Pan­jang yang 99 persen mus­lim pun men­guatkan niat tersebut.
Gedung Perguruan Thawalib Puteri Padang panjang
Gedung Per­gu­ruan Thawalib Put­eri Padang panjang
Berba­gai lem­baga pen­didikan khusus­nya yang bernafaskan Islam banyak didirikan seir­ing den­gan niat Padang Pan­jang. Di Wilayah yang luas­nya hanya 0,05 persen dari luas Provinsi Sum­bar ini seti­daknya ter­da­pat lima pon­dok pesantren ter­nama yaitu Ser­ambi Mekkah, Thawalib Putri, Diniyah Putri, dan Kau­man Muham­madiyah. Jum­lah Taman Pen­didikan Al Quran pun tidak kurang dari 54 buah.
Men­jadikan wilayah ini seba­gai rujukan pen­ga­jaran agama Islam, salah sat­unya den­gan menye­di­akan fasil­i­tas pen­didikan, sudah men­jadi agenda Padang Pan­jang yang memang beror­i­en­tasi pada jasa pelayanan. Sekurang-kurangnya dlam kurun waktu lima tahun sejak 1996 sek­tor ini­lah yang mem­beri nafas kehidu­pan di kota ini.
Gerbang depan perguruan Thawalib
Ger­bang depan per­gu­ruan Thawalib Putra
Pondok Pesantren Serambi Mekah
Pon­dok Pesantren Ser­ambi Mekah
Sek­tor perda­gan­gan, hotel, dan pari­wisata tak kurang per­an­nya dalam mengem­bangkan Padang Pan­jang. Di tahun 2000 sebanyak 37,12 persen tenaga kerja wilayah ini yang total­nya men­ca­pai 14.988 orang meng­gan­tungkan mata penc­a­har­i­an­nya di bidang ini.
Kegiatan perda­gan­gan kota ter­pusat di Pasar Padang Pan­jang yang ter­letak di Keca­matan Padang Pan­jang Barat. Semen­tara itu obyek-obyek wisata terse­bar di beber­apa tem­pat yang letaknya mudah dijangkau dari pusat kota.
Pasar Induk hasil pertanian
Pasar Induk hasil pertanian
Perkem­ban­gan dunia perda­gan­gan dan indus­tri berdampak ter­hadap mobil­i­tas masyarakat­nya. Maraknya bis­nis angku­tan men­jawab per­masala­han itu. Diatas fasil­i­tas jalan raya yang 86 persen­nya ter­go­long baik dan sedang, melaju sekurang-kurangnya 146 angkot. Dari jum­lah terse­but hingga Juni 2002 Pemda Kota Padang Pan­jang berhasil mengutip ret­ribusi ter­mi­nal tak kurang dari Rp. 215,4 juta.
Dis­amp­ing usaha perda­gan­gan, bis­nis per­tan­ian terny­ata masih men­jadi salah satu usaha yang dilirik masyarakat­nya. Sekurang-kurangnya sejak 1998, ketika kri­sis nasional ter­jadi, sum­ban­gan usaha ini ter­hadap perekono­mian Padang Pan­jang terus men­galami peningkatan.
Selain jum­lah hari hujan yang cukup tinggi yaitu rata-rata 256 hari per tahun, lahan per­ta­ni­an­nya pun cukup terse­dia. Seba­gai gam­baran sek­i­tar 57 persen wilayah padang Pan­jang ter­sita untuk sawa, kebun, hutan rakyat, dan empang. Meski tidak semuanya pro­duk­tif seti­daknya menun­jukkan potensi yang dimiliki.
Pasar padangpanjang pada malam hari
Pasar padan­g­pan­jang pada malam hari
Bagi Padang Pan­jang sub sek­tor tana­man pan­gan dan hor­tikul­tura serta sub sek­tor peter­nakan mem­beri andil besar ter­hadap dunia per­tan­ian. Meski per­tum­buhan­nya sem­pat negaif dari tahun 1999 ke 2000, pro­duk­tiv­i­tas padi mis­al­nya men­ca­pai 5,6 ton per­hek­tar di tahun 2000. Jum­lah ini adalah yang tert­inggi diband­ingkan den­gan tahun-tahun sebelum­nya. Peng­hasil padi terbe­sar daerah ini ter­letak di Keca­matan Padang Pan­jang Timur, tepat­nya di Kelu­ra­han Guguk Mal­in­tang, Kelu­ra­han Ekor Lubuk, dan Kelu­ra­han Ganting.
Topografi Padang Pan­jang yang bergelom­bang dan berada di ket­ing­gian 650–850 meter dpl rupa­nya men­gun­tungkan usaha peter­nakan daerah ini. Suhu udara yang sejuk serta sub­urnya tana­man pakan ter­nak meru­pakan salah satu alasan­nya. Melalui sek­tor ini sekurang-kurangnya dis­um­bang Rp. 13,7 mil­yar tahun 2000. Angka terse­but ter­bilang kecil jika diband­ingkan den­gan total kegiatan ekonomi Padang Pan­jang yang jum­lah­nya men­ca­pai Rp 243,7 mil­yar di tahun yang sama.
Meski demikian di balik min­im­nya angka terse­but, bidang ini men­jadi salah satu sum­ber berkem­bangnya indus­tri kecil. Dari hasil pemo­ton­gan hewan seperti sapi, ker­bau, dan kamb­ing diper­oleh kulit yang nan­ti­nya muncul seba­gai salah satu pro­duk ung­gu­lan Padang Pan­jang. Sepatu,sandal, dan tas mis­al­nya men­jadi komod­i­tas andalan indus­tri kulit. Ada pula indus­tri penya­makan kulit yang mem­pro­duksi kulit sol serta kulit lapis.
Selain kulit ter­nak berkem­bang pula indus­tri pen­go­la­han dag­ing sapi khusus­nya yang dibuat men­jadi den­deng salai, yaitu dag­ing yang dik­er­ingkan atau diawetkan sete­lah dibum­bui ter­lebih dahulu. Komod­i­tas ini men­jadi salah satu pro­duk ung­gu­lan Padang Pan­jang yang ikut mera­maikan dunia perda­gan­gan wilayah ini.
Danau Singkarak
Danau Singkarak
Di samp­ing usaha per­tan­ian seba­gai alter­natif penyangga kegiatan ekonominya, hasil alam seperti kapur juga mem­beri man­faat ter­hadap perkem­ban­gan indus­tri kota ini. Nilai pro­duksinya men­ca­pai Rp 13,4 mil­yar dari 6 perusa­haan yang ter­catat pada tahun 2001. Tetapi sayang kual­i­tas­nya diang­gap kurang memadai mengin­gat proses pen­go­la­han­nya yang masih meng­gu­nakan batu bara, semen­tara daerah lain sudah meng­gu­nakan gas seba­gai bahan bakarnya.
Padang Pan­jang, Kota Kecil Berpotensi Besar
Meski terke­san kota “sam­bil lalu”, yaitu kota yang hanya dile­wati atau ter­li­hat seben­tar sam­bil jalan di jalur lin­tasan Trans-Sumatera, Padang Pan­jang jan­gan diang­gap “angin lalu”. Cobalah mam­pir barang beber­apa lama dan berke­lil­inglah. Anda akan men­e­mukan sejum­lah potensi besar di kota terke­cil (seluas 23 km persegi) di antara 15 kota/kabupaten lain­nya di Sum­bar tersebut.
Hj. RAngkayo Rasuna Said
Hj. RAngkayo Rasuna Said
Anda mungkin bertanya-tanya, men­gapa di kota yang bersih, berhawa sejuk, dan bercu­rah hujan rata-rata 3.259 mm per tahun ini banyak sekali pela­jar dan masyarakat berpaka­ian islami (semacam pesantren). Lewat catatan sejarah, sejak zaman pen­ja­ja­han telah berkem­bang sarana dan prasarana pen­didikan agama islam seperti Diniyah Putri, Thawalib Gunung, dan Madrasah Isyadin Nas.
Lembaga-lembaga ini terke­nal ke selu­ruh pelosok Nusan­tara, bahkan sam­pai ke man­cane­gara. Banyak juga tokoh ulama dan tokoh nasional yang men­da­p­atkan pen­didikan dari sini, sehingga Padang Pan­jang dulu dike­nal seba­gai pusat perg­er­akan pemiki­ran Islam yang dis­egani dan basis pen­didikan Islam terke­muka di Indone­sia,” kata Sekre­taris Kota Padang Pan­jang Aulizul Syuib.
Den­gan berlatar pen­didikan Islam yang ter­masy­hur itu, Padang Pan­jang pun diju­luki “Kota Ser­ambi Mekkah”. Julukan itu dikukuhkan oleh DPRD setem­pat tang­gal 21 Maret 1999.
Seba­gai kota yang meng­in­ves­tasikan diri untuk pen­ingkatan kual­i­tas SDM, di Padang Pan­jang juga ter­da­pat SMU ung­gul untuk Sum­bar dan seko­lah seni satu-satunya di Sumat­era, yakni Insti­tut Seni Indone­sia (ISI). Untuk penun­jang, di kota yang wilayah­nya berada di sek­i­tar Gunung Mer­api (2.891 m), Gunung Singgalang (2.877 m), dan Gunung Tandikek (2.438 m)-daerah aktif dan rawan gempa bumi-itu juga ter­da­pat Pusat Doku­men­tasi dan Infor­masi Kebu­dayaan Minangk­abau (PDIKM).
Meski pen­da­p­atan per kapita Kota Padang Pan­jang lebih tinggi diband­ing kota lain­nya di Sum­bar, yakni Rp. 2.225 juta (tahun 2000) pem­ban­gu­nan di bidang ekonomi untuk mewu­jud­kan ekonomi ker­aky­atan yang semakin mandiri tetap men­jadi pri­or­i­tas seba­gaimana telah dituangkan dalam Pola Dasar Pem­ban­gu­nan Kota Padang Pan­jang 2001–2005.
Menu­rut Aulizul Syuib, Padang Pan­jang den­gan per­tum­buhan ekonomi sebe­sar 3,63 persen, memi­liki beber­apa potensi alam yang belum sepenuh­nya ter­garap, antara lain bukit batu yang dapat dio­lah men­jadi kapur bakar seba­gai bahan ban­gu­nan, kapur per­tan­ian, bahan baku pabik cat, dan semen. “Deposit batu kapur yang bisa diek­sploitasi adalah sebanyak 43.065.000 ton. Pada saat ini jum­lah tungku pem­bakaran batu kapur ada 38 unit, den­gan pro­duksi rat-rata 6–8 ton per hari,” paparnya.
Kemu­dian, potensi sum­ber mata air pegu­nun­gan. Menu­rut hasil penelit­ian, potensinya menye­bar di selu­ruh Kota Padang Pan­jang, dimana potensi yang belum ter­man­faatkan adalah sebanyak 390,4 liter per detik. “Ter­buka pelu­ang bagi calon investor untuk mendirikan indus­tri air minum dalam kemasan. Secara kom­para­tif, posisi lebih ung­gul karena posisi Padang Pan­jang yang strate­gis untuk lokasi pro­duksi, perda­gan­gan, dan jasa. Kota ini dilalui jalur lin­tas ten­gah Sumat­era, dekat den­gan Provinsi Riau, jambi, dan negara tetangga Sin­ga­pura,” kata Kepala Bappeda Kota Padang pan­jang Budi Hariyanto.
Potensi lain yang belum ter­garap adalah pengem­ban­gan peter­nakan dan indus­tri iku­tan­nya. Untuk daging
Sate Khas Padang panjang
Sate Khas Padang panjang
sapi, kual­i­tas dag­ing sapi potong segar dari Padang Pan­jang sudah san­gat terke­nal. Rasa dan keem­pukkan­nya dag­ing sapi Padang pan­jang beda den­gan sapi daerah lain­nya. Sama hal­nya kalau Anda per­nah ke Repub­lik Namibia atau Cape Town, di Repub­lik Afrika Sela­tan, maka kual­i­tas dan rasa dag­ing sapi dis­ana tak ada band­ingnya den­gan negara manapun.
Dis­amp­ing dag­ing, potensi yang bisa dikem­bangkan adalah sapi perah yang meng­hasilkan susu segar. Dalam hal ini susu segar yang dihasilkan di Padang Pan­jang, menu­rut penelit­ian pro­duksinya, lebih besar dari­pada daerah dataran ren­dah. Secara geografis Padang Pan­jang ter­letak pada ket­ing­gian 650 meter diatas per­mukaan laut.
Ubtuk indus­tri iku­tan­nya, baru ada satu pabrik penya­makan kulit untuk dio­lah men­jadi kulit seten­gah jadi. Karena itu, selain ter­buka pelu­ang untuk inves­tasi di bidang penya­makan kulit, juga ter­buka pelu­ang untuk pengem­ban­gan kulit seten­gah jadi men­jadi hasil ker­a­jianan yang berni­lai tinggi seperti tas, sep­atu, ikat ping­gang, dan berba­gai jenis aksesoris.
Den­gan iklim yang sejuk, Curah hujan yang tinggi, dan didukung jenis andosol yang berasal dari abu vulka­nik yang subur, Padang Pan­jang juga poten­sial untuk sek­tor per­tan­ian dan holtikul­tura. Pro­duk­tiv­i­tas selu­ruh komod­i­tas per­tan­ian di kota ini lebih tinggi diband­ingkan den­gan daerah lain. Seba­gai gam­baran, dari luas sawah 695 hek­tar dan tegalan seluas 345,5 hek­tar, dihasilkan padi sek­i­tar 5.694 ton, palaw­ija 2.136 ton, dan sayu­ran 3.622 ton.
Randai Padang panjang
Randai Padang panjang
Selain itu, bunga yang juga men­jadi bagian julukan Kota Padang Pan­jang, yakni seba­gai kota berbunga, juga mem­pun­yai potensi untuk dikem­bangkan. “Rata-rata per tahun pro­duksi itu dipasarkan ke Padang, sedan­gkan 75 persen lagi belum ter­pasarkan. Jenis yang pal­ing banyak dibu­di­dayakan adalah jenis bunga potong seperti Anthurium (panah Asmara),” papar Budi Hariyanto.
Potensi pari­wisata juga tak kalah bagus dan menariknya untuk dikem­bangkan. Ada PDIKM dan Perkam­pun­gan Minangk­abau yang kini belum ter­garap mak­si­mal, bahkan terke­san ter­lan­tar. Kehadi­ran ISI juga men­dukung keber­adaan Padang pan­jang seba­gai kota tujuan utama wisata. Minang Fan­tasy Water­parkmenyem­pur­nakan Padang Pan­jang seba­gai tujuan wisata.
Khusus untuk pem­ban­gu­nan ekonomi tadi, kebi­jakan Pemda Kota Padang Pan­jang diarahkan pada upaya-upaya pen­ingkatan sek­tor potensi melalui peran swasta. Untuk menarik investor, kata Aulizul Syuib, Pemda kota Padang Pan­jang akan meng­galakkan kun­jun­gan bis­nis atau menyosial­isas­ikan­nya atau memasarkan­nya ke ten­gah masyarakat pen­gusaha dalam dan luar negeri.
Situs resmi Pemer­in­tah Kota Padan­g­pan­jang: http://padangpanjangkota.go.id/
Sejarah Kota Padang Panjang
Padang Pan­jang adalah sebuah Kota kecil dalam lingkun­gan Propinsi Sumat­era Barat ter­ben­tuk berdasarkan Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1956. Den­gan lahirnya Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1957 maka Kota kecil ini memi­liki sta­tus yang seja­jar den­gan daerah Kabu­paten dan Kota lainnya.
Padang Panjang dari udara
Padang Pan­jang dari udara
Berdasarkan Kepu­tu­san DPRD Per­al­i­han Kota Praja Nomor : 12/K/DPRD-PP/57 tang­gal 25 Sep­tem­ber 1957, maka Kota Padang Pan­jang dibagi atas 4 wilayah admin­is­trasi yang dise­but den­gan Resort, yakni Resort Gunung, Resort Lareh Nan Pan­jang, Resort Pasar dan Resort Bukit Surun­gan. Berdasarkan Undang-Undang Nomor 18 Tahun 1965 isti­lah Kota Praja diganti men­jadi Kota Madya dan berdasarkan Per­at­u­ran Menteri Nomor 44 tahun 1980 dan Per­at­u­ran Pemer­in­tah Nomor 16 Tahun 1982 ten­tang Susunan dan Tata Kerja Pemer­in­ta­han Kelu­ra­han, maka Resort diganti men­jadi Keca­matan dan Jorong diganti men­jadi Kelu­ra­han. Sedan­gkan berdasarkan Per­at­u­ran Pemer­in­tah Nomor 13 Tahun 1982 Kota Padang Pan­jang dibagi atas dua Keca­matan den­gan 16 Kelurahan.
Sete­lah Prokla­masi Kemerdekaan RI maka untuk men­jalankan roda pemer­in­ta­han, Padang Pan­jang dijadikan suatu kewedanaan yang wilayah­nya meliputi Padang Pan­jang, Batipuh dan    X Koto yang berke­dudukan di Padang Panjang.
Berdasarkan Kete­ta­pan Ketua PDRI tang­gal 1 Jan­u­ari 1950 ten­tang Pem­ba­gian Propinsi juga sekali­gus dite­tap­kan pula pem­ba­gian Kabu­paten dan Kota antara lain Bapituh dan X Koto kedalam wilayah Kabu­paten Tanah Datar, sehingga Padang Pan­jang hanya meru­pakan tem­pat kedudukan Wedana yang mengko­or­dinir Keca­matan X Koto.
Lambang Kota Padang panjang
Lam­bang Kota Padang panjang
Kemu­dian berdasarkan UU No. 8 tahun 1956 ten­tang Pem­ben­tukan Daerah Otonom Kota Kecil di lingkun­gan Propinsi Sumat­era Ten­gah, maka lahir secara resmi Kota Kecil Padang Panjang.
Pada tahun 1957 dilan­tik Walikota per­tama dan seba­gai Daerah Otonom sesuai den­gan Kepu­tu­san DPRD Per­al­i­han Kota Praja Nomor: 12/K/DPRD-PP/57 dan Per­at­u­ran Daerah No. 34/K/DPRD-1957 diben­tuk 4 Resort dan masing-masing Resort mem­bawahi 4 Jorong sbb :
1.  Resort Gunung, mem­bawahi Jorong :
  • Gant­ing
  • Sigando
  • Ekor Lubuk
  • Ngalau
2.  Resor Lareh Nan Pan­jang, mem­bawahi Jorong :
  • Tanah Pak Lambik
  • Guguk Mal­in­tang
  • Koto Pan­jang
  • Koto Katik
3.  Resort Pasar, membawahi :
  • Pasar Baru
  • Pasar Usang
  • Tanah Hitam
  • Balai-Balai
4.  Resort Bukit Surun­gan, membawahi
  • Silaing Bawah
  • Silaing Atas
  • Kam­pung Manggis
  • Bukit Surun­gan
Den­gan kelu­arnya Per­at­u­ran Pemer­in­tah No. 13 tahun 1982 Kota­madya Daerah Tingkat II Padang Pan­jang secara Admin­stratif, dibagi dalam 2 Wilayah Keca­matan yaitu Padang Pan­jang Barat dan Padang Pan­jang Timur.
Kemu­dian berdasarkan Per­at­u­ran Pemer­in­tah No. 16 tahun 1982 dan Per­at­u­ran Menteri Dalam Negeri No. 44 tahun 1980 maka Resort diganti men­jadi Keca­matan dan Jorong diganti men­jadi Kelurahan.
Pem­ben­tukan KAN, dilak­sanakan sete­lah MUBES LKAAM di Payakum­buh tahun 1966 di Kota­madya Padang Pan­jang ter­ben­tuk 3 buah KAN :
1.  KAN Bukit Surungan
2.  KAN Gunung
3.  KAN Lareh Nan Panjang
Sedan­gkan Resort Pasar, karena seba­gian besar pen­duduknya pen­datang tidak diben­tuk KAN.
Pene­ta­pan Hari Jadi Kota Padang Panjang
Hari Jadi Kota Padang Pan­jang yang selama ini diperingati tang­gal 23 Maret setiap tahun­nya, sesuai den­gan tang­gal pen­gun­dan­gan dari Undang-undang Nomor 8 Tahun 1956 ten­tang Pem­ben­tukan Daerah Otonom Kota Kecil dalam Lingkun­gan Daerah Propinsi Sumat­era Ten­gah, terny­ata masih banyak masyarakat / warga Kota Padang Pan­jang yang belum dapat mener­ima atau men­gakui Hari Jadi dimak­sud. Hal ini dise­babkan karena dalam sejarah perkem­ban­gan­nya, Padang Pan­jang sebe­tul­nya sudah ada sejak beber­apa ratus tahun yang lalu.
Suir Syam, Walikota Padang panjang
Suir Syam, Walikota Padang panjang
Ter­hadap pene­ta­pan Hari Jadi Kota Padang Pan­jang terse­but di atas, beber­apa tahun ter­akhir ini masyarakat / warga Kota Padang Pan­jang men­gusulkan kepada Pemer­in­tah Kota Padang Pan­jang untuk menin­jau kem­bali melalui suatu kajian sejarah yang meli­batkan Tokoh Masyarakat, Sejarawan atau kalan­gan Akademisi serta Stake Hold­ers lain­nya di lingkun­gan Pemer­in­tah Kota Padang Pan­jang. Atas usul masyarakat ini­lah Pemer­in­tah Kota Padang Pan­jang pada tahun 2002 yang lalu mem­ben­tuk Badan Kajian Sejarah dan Per­juan­gan Bangsa (BKSPB) Kota Padang Pan­jang yang dite­tap­kan den­gan Kepu­tu­san Walikota Padang Pan­jang Nomor 227 Tahun 2002 yang antara lain bertu­gas menin­jau dan mengkaji ulang Hari Jadi Kota Padang Pan­jang berdasarkan sejarah atau his­toris dan perkem­ban­gan yang telah ada beber­apa ratus tahun yang lalu.

Hasil kegiatan BKSPB Kota Padang Pan­jang ter­hadap Hari Jadi Kota Padang Pan­jang dimak­sud sesuai den­gan taha­pan­nya telah dis­em­pur­nakan melalui Kegiatan Sem­i­nar Sehari yang diadakan pada tang­gal 12 Maret 2003 yang dihadiri oleh Tim Penulis, BKSPB, Anggota DPRD, Dinas/Instansi serta Tokoh Masyarakat dan Stake Hold­ers lain­nya di lingkun­gan Pemer­in­tah Kota Padang Pan­jang. Pada saat itu dis­ep­a­kati bahwa pene­ta­pan Hari Jadi Kota Padang Pan­jang adalah tang­gal 1 Desem­ber 1790 dan untuk per­tama kalinya diperingati pada tang­gal 1 Desem­ber 2004 dan dilan­jutkan pada tahun-tahun berikut­nya. Untuk lebih men­guatkan legal­i­tas atau dasar hukum dari pene­ta­pan Hari Jadi Kota Padang Pan­jang tang­gal 1 Desem­ber 1790 dite­tap­kan den­gan suatu Per­at­u­ran Daerah yaitu Per­at­u­ran Daerah Kota Padang Pan­jang Nomor 17 Tahun 2004 ten­tang Pene­ta­pan Hari Jadi Kota Padang Panjang.

Tidak ada komentar: